Kamis, 20 Oktober 2016

makalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD



Tugas Kelompok Mata Kuliah
TEORI BELAJAR DAN INOVASI PEMBELAJARAN I
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
OLEH:
KELOMPOK 2
MARUF A. GAFUR               : A 231 11 106
APRILITHAR. SAMBUE       : A 231 13 031
SITI HADIJAH                      : A 231 13 078
ARIFA NUR AYU                 : A 231 13 093
FANI ISDAYANTI                : A 231 13 042
DIAN APRIANI                     : A 231 13 092
EKA SURNYADEWI                        : A 231 13 162
AWALUDDIN                       : A 231 11 134

DOSEN PENGAMPUH:
Dr. SUKAYASA, M.Pd
Dr. H. SUDARMAN, M.Pd
Drs. I NYOMAN MURDIANA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
APRIL 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.               Latar Belakang
Dalam sistem pengajaran diperlukan model dan juga metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Seringkali dalam mengajar selalu menggunakan model ataupun metode lebih dari satu dalam kegiatan belajar pembelajaran, ini dimaksudkan untuk menutupi atau mengatasi kekurangan dalam metode ataupun model yang dipakai.
Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. Dari berbagai macam tipe model pembelajaran salah satunya adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions/ Divisi tim-prestasi siswa) yang dikembangkan oleh Slavin.

B.               Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?
2.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3.      Teori apa saja yang mendasari model pembelajaran tipe STAD?
4.      Apa tujuan dari penerapan model pembelajaran tipe STAD?
5.      Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran tipe STAD?
6.      Apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki model pembelajaran tipe STAD?



C.               Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran koopratif
2.      Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD
3.      Untuk mengetahui teori yang mendasari model pembelajaran kooperatif tipe STAD
4.      Untuk mengetahui tujuan dari penerapan model pembelajaran tipe kooperatif tipe STAD
5.      Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
6.      Untuk mengetahui klebihan dan kelemahan model pembelajaran tipe STAD

D.               Manfaat
            Melalui penyusunan makalah ini maka didapat manfaat sebagai berikut:
1.      Bagi siswa, diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat membantu siswa  dalam memahami pelajaran disekolah.
2.      Bagi guru, memberi pengalaman dan alternatif lain bagi guru matematika yang terlibat dalam pembelajaran ini  baik dari segi teoritis maupun dari pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan masukan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran matematika di kelas.









BAB II
PEMBAHASAN

A.               Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

B.               Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Definisi belajar kooperatif yang telah dirumuskan oleh Newman dan Artzt (1990:448) (dalam Usman H.B,2004:133) yaitu: Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebuah pendekatan yang melibatkan sebuah grup kecil dari pembelajar yang bekerja bersama-sama sebagai sebuah tim untuk memecahkan sebuah masalah, melengkapi sebuah tugas, atau mencapai tujuan umum”.
Menurut Slavin (Zainuddin, 2002:9) bahwa: ”model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan semua tingkatan, serta merupakan model yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan”.
Menurut pendapat Slavin (1994) Student Teams Achievement Divisions (STAD) (dalam Sutrisni Andayani, 2007:2) bahwa, Siswa ditugaskan untuk mempelajari empat anggota tim yang dicampur dalam tingkat kinerja, gender dan etnisitas . Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Akhirnya, semua siswa mengambil tes individu pada bahan, ketika Anda tidak dapat saling membantu. Skor kuis siswa dibandingkan dengan rata-rata skor mereka yang lalu, dan poin-poin diberikan pada dasar persetujuan yang siswa jumpai atau lewati dipenampilan mereka yang lebih awal.
Untuk model ini siswa ditempatkan dalam tim/kelompok belajar beranggotakan empat orang sedemikian sehingga setiap tim terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang (rata-rata), dan rendah atau variasi dari jenis kelamin, kelompok ras, dan etnis, atau kelompok sosial lainnya. Pengajar terlabih dahulu menyajikan materi baru dalam kelas, kemudian anggota tim berlatih dan mempelajari dan berlatih untuk materi tersebut dalam kelompok mereka yang biasanya bekerja berpasangan. Mereka melengkapi lembar kerja, biasanya satu sama lain, membahas masalah dan mengerjakan latihan. Tugas-tugas mereka itu harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja siswa, dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Pada akhirnya guru memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu.

C.               Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1.        Teori Psikologi kognitif – konstruktivistik.
a)        Teori piaget
                   Piaget (slavin, 2000) memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bawaan yang mendorongnya untuk brinteraksi dengan lingkunganya. Baik lingkungan fisik maupun sosialnya. Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan pemanipulasian lingkungan akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam mengembangkan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis.

b)        Teori Vygotsky
Vygotsky mendasarkan karyanya pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami bila ditinjau dari konteks pengalaman historis dan budaya anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem – sistem isyrat (sign system) di mana ia tumbuh. Sistem isyrat mengacu kepada simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Menurut vygotsky, peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu untuk memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual.

2.        Teori Sosial
a)        John Dewey dan Herbert Thelan
Menurut dewey kelas seharusnya merupakan cermin dari masyarakat luas dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan nyata. Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta didik dalam kelas. Beberapa tahun setelah dewey, thelan berpendapat bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah – masalah sosial dan masalah antar pribadi.

b)        Teori Gordon Allport
Pandangan allport dikenal dengan “the nature of prejudice”. Untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan satu sama lain adalah dengan jalan mengumpulkan mereka ( antar suku atau ras ) dalam satu lokasi, kotak langsung dan bekerja sama antar mereka. Shlomo sharan dan kaleganya menyimpulkan adanya tiga kondisi dasar untuk memformasikan pandangan allport untuk mengurangi kecurigaan antar kelompok dan meningkatkan penerimaan antar mereka. Tiga kondisi tersebut adalah : 1) kontak langsung antar suku atau ras, 2) dalam seting tertentu, mereka bekerjasama dan berperan aktif dalam kelompok, dan 3) dalam seting tersebut, mereka secara resmi menyetujui adanya kerjasama.

b)  Teori Kurt Lewin
Mendorong penerimaan sosial (promote sosial acceptance) atau meningkatkan jarak/ketegangan sosial. Banyak hasil penelitian lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi aktif dalam kelompok untuk mempelajari keterampilan baru, mengembangkan sikap baru, dan memperoleh pengetahuan. Hasil penelitiannya juga menunjukkan betapa produktifnya kelompok bila anggota– anggotanya berinteraksi dan kemudian saling merefleksikan pengalaman– pengalamannya.

D.               Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki tujuan, yaitu untuk menciptakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang dengan baik.

E.               Langkah-Langkah  Pembelajaran  STAD
Slavin (1995) mengemukakan ada 5 langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, yaitu:

1.    Persiapan
Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan kepada siswa apa yang hendak dipelajari dan mengapa hal itu penting. Selanjutnya guru menyampaikan secara khusus tujuan pembelajaran. Guru membangkitkan motivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi apa yang akan mereka pelajari. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan apersepsi sebagai pengantar menuju materi.

2.    Penyajian Materi
Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan beberapa hal sebagai berikut:
a.          Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok;
b.         Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan sekadar hafalan;
c.          Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa;
d.         Memberi penjelasan atau alasan mengapa jawaban itu benar atau salah
e.          Beralih pada materi berikutnya jika siswa telah memahami masalah yang ada.

3.    Tahap Kerja Kelompok
Pada tahap ini, siswa diberi kertas kerja sebagai bahan yang akan dipelajari dalam bentuk open-ended tasks. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling bantu menyelesaikan tugas dengan target setiap anggota kelompok mampu memahami materi secara benar. Salah satu kerja kerja dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru harus mampu berperan sebagai fasilitator dan motivator kerja kelompok. Selanjutnya langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
a.       Mintalah anggota kelompok untuk memindahkan meja/bangku agar mereka berkumpul menjadi satu kelompok.
b.      Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
c.       Bagikan lembar kegiatan siswa.
d.      Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
e.       Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
f.       Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

4.    Tahap Tes Individu
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual atau quiz mengenai materi yang telah dipelajari dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan open-ended tasks dimana tes individu dilakukan pada akhir setiap pertemuan. Tujuannya agar siswa dapat menunjukkan pemahaman dan apa yang telah dipelajari sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per individu ini didata dan diarsipkan sebagai bahan untuk perhitungan skor kelompok.

5.    Tahap Penghargaan
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut. Penghargaan diberikan pada anggota tim yang paling baik/berprestasi. Penghargaan kelompok dilakukan dalam tahapan berikut ini:
a.    Menghitung skor individu kelompok.
b.    Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes awal dan tes berikutnya, sehingga setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya.

F.                Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe STAD
a.                  Kelebihan
Adapun kelebihan yang dimiliki model pembelajaran tipe STAD dalam penerapannya di kelas adalah:
1)            Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu dan mendukung dalam memecahkan masalah.
2)            Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan suatu masalah.
3)            Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
4)            Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
5)            Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
6)            Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.
7)            Meningkatkan kecakapan individu
8)            Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

b.                  Kekurangan
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran tipe STAD adalah:
1)            Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
2)            Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan teman-teman yang lebih mampu.
3)            Pemborosan waktu ketika berdiskusi.
4)            Siswa yang kurang pandai akan memiliki peran yang sedikit dalam proses belajar.
















BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1.    Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
2.    Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan semua tingkatan, serta merupakan model yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Dalam model      pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku.       
3.    Tujuan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD     
Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki tujuan, yaitu untuk menciptakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang dengan baik.
4.    Langkah-langkah  model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a.    Persiapan
b.    Penyajian Materi
c.    Tahap Kerja Kelompok
d.   Tahap Tes Individu
e.    Tahap Penghargaan
5.    Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki model pembelajaran kooperatf tipe STAD
Adapun kelebihan yang dimiliki model pembelajaran tipe STAD dalam penerapannya di kelas adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu, melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa juga menjadi terlatih mengembangkan bakat kepemimpinannya dan keterampilan berdiskusinya. Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran tipe STAD adalah siswa yang kurang pandai akan memiliki peran yang sedikit dalam proses belajar karena dalam kerja kelompok yang dilakukan, hanya melibatkan siswa yang mampu memimpin dan mengarahkan siswa yang kurang pandai.

B. Saran
Semoga makalah yang telah tersusun rapi ini tidak hanya menjadi sekedar obyek pelengkap nilai akademik saja, diharapkan sekiranya orang-orang dapat belajar banyak tentang pembelajaran kooperatif dari makalah ini terutama pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mampu menerapkannya setiap kali melakukan proses pembelajaran.










DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2004. Perbandingan Penerapan Pembelajaran (Online), (http://hendygoblog.blogspot.com/2009/07.html, diakses 5 April 2015).
Suyanto. 2005. Model Pembelajaran (Online), http://raseko.blogspot.com/2011/05.html, diakses 5 April 2015)
Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Usman, H.B. 2003. Strategi Pembelajaran Pemprosesan Informasi dan Konstruktivis. Buku Ajar Strategi Mengajar Belajar. Universitas Tadulako Palu.



















A.    Nur Rahman
1.      Bagaimana cara mengukur kemampuan siswa sedangkan guru baru mengajar pada kelas tersebut ?
Jawab : Untuk mengukur kemampuan siswa hal yang dapat dilakukan guru ialah mengadakan tes awal. Selain itu, guru yang baru dapat bertanya kepada guru mereka yang lama dan melihat hasil-hasil ulangan siswa sebelumnya.

B.     Azniar Arfi Arafyana
1.      Apakah LKS yang dibagikan kepada setiap kelompok sama ?
Jawab : Ya
2.      Ketika siswa mengerjakan LKS apakah siswa mencari sendiri materinya atau guru yang menyiapkannya ?
Jawab : Sebelum siswa dibagi dalam kelompoknya masing-masing guru terlebih dahulu menyajikan materi. Materi yang disajikan adalah materi yang sesuai dengan LKS yang akan diberikan. Pada tahap ini guru bukan hanya menyampaikan materi saja, tetapi juga memberikan pertanyaan kepada siswa dan mempersilahkan siswa untuk bertanya kepada guru. Dengan begitu siswa telah siap untuk mengerjakan LKS mereka masing-masing.

C.     Ammar Abdullah JG
1.      Apakah metode STAD dapat digunakan dalam setiap materi pelajaran ?
Jawab : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang paling umum digunakan. Model ini dapat digunakan hampir pada semua materi pelajaran yang ada.




D.    Lusiana
1.      Dalam kelompok apakah ada presentasi ?
Jawab : Tidak, karena hanya dilakukan diskusi dan setelah diskusi LKS yang diberikan dikumpul.
2.      Bagaimana jika alokasi waktu tidak mencukupi ?
Jawab : Untuk pemula pasti ada alokasi waktu yang tidak mencukupi. Tetapi untuk yang kedua dan seterusnya pasti bisa mengalokasikan waktunya. Selain itu, di dalam RPP sudah ditentukan sebanyak beberapa menit yang digunakan pendahuluan, isi dan penutup.

E.     Syamsudin
1.      Teori yang mendasari model pembelajaran kooperatif STAD terbagi atas 2 teori psikologi kognitif-konstruktivistik dan John Dewey dan Herbert Thalen maksudnya bagaimana?
Jawab: Mohon maaf, dalam pengetikan makalah kami terjadi kesalahan yang pertama teori psikologi kognitif-konstruktivistik dan yang kedua teori soal dimana teori sosial terdiri atas beberapa mendapat para ahli yaitu a) John Dewey dan Herbert Thalen b) Gordon Allport c) Teori Kurt Lewin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar