Tugas
Kelompok Mata Kuliah
TEORI BELAJAR
DAN INOVASI PEMBELAJARAN I
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD
OLEH:
KELOMPOK 2
MARUF
A. GAFUR : A 231
11 106
APRILITHAR. SAMBUE : A 231 13 031
SITI HADIJAH :
A 231 13 078
ARIFA NUR AYU : A 231 13 093
FANI ISDAYANTI : A 231 13 042
DIAN APRIANI : A 231 13 092
EKA SURNYADEWI : A 231 13 162
AWALUDDIN : A 231
11 134
DOSEN PENGAMPUH:
Dr. SUKAYASA, M.Pd
Dr. H. SUDARMAN, M.Pd
Drs. I NYOMAN MURDIANA, M.Pd
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
APRIL
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
sistem pengajaran diperlukan model dan juga metode pembelajaran yang sesuai
dengan keadaan peserta didik. Seringkali dalam mengajar selalu menggunakan
model ataupun metode lebih dari satu dalam kegiatan belajar pembelajaran, ini
dimaksudkan untuk menutupi atau mengatasi kekurangan dalam metode ataupun model
yang dipakai.
Oleh karena itu dalam membelajarkan
matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi
pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran
yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu
pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian
dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa),
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber
belajar yang ada. Dari berbagai macam tipe model pembelajaran salah satunya
adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions/ Divisi tim-prestasi
siswa) yang dikembangkan oleh Slavin.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?
2.
Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3.
Teori apa saja yang mendasari model
pembelajaran tipe STAD?
4.
Apa tujuan dari penerapan model
pembelajaran tipe STAD?
5.
Bagaimana
langkah-langkah
model pembelajaran tipe
STAD?
6.
Apa
saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki model pembelajaran tipe STAD?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran koopratif
2. Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD
3. Untuk
mengetahui teori yang mendasari model pembelajaran kooperatif tipe STAD
4. Untuk
mengetahui tujuan dari penerapan model pembelajaran tipe kooperatif tipe STAD
5. Untuk
mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
6. Untuk
mengetahui klebihan dan kelemahan model pembelajaran tipe STAD
D.
Manfaat
Melalui penyusunan makalah ini maka
didapat manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi
siswa, diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat membantu siswa dalam
memahami pelajaran disekolah.
2.
Bagi
guru, memberi pengalaman dan alternatif lain bagi guru matematika yang terlibat
dalam pembelajaran ini baik dari segi teoritis
maupun dari pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
3.
Bagi
sekolah, dapat memberikan masukan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu
pengajaran matematika di kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif
Usaha-usaha
guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam
mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena
itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran
merupakan suatu hal yang utama.
Menurut
Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman
berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai
suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender.
Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran
ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada
model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan
serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
B.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Definisi
belajar kooperatif yang telah dirumuskan oleh Newman dan Artzt (1990:448)
(dalam Usman H.B,2004:133) yaitu: Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebuah pendekatan yang melibatkan sebuah grup kecil dari pembelajar yang
bekerja bersama-sama sebagai sebuah tim untuk memecahkan sebuah masalah, melengkapi
sebuah tugas, atau mencapai tujuan umum”.
Menurut Slavin (Zainuddin, 2002:9) bahwa: ”model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang bersifat umum, sehingga
dapat digunakan untuk bidang studi dan semua tingkatan, serta merupakan model yang
paling sederhana dan mudah dilaksanakan”.
Menurut pendapat Slavin (1994) Student
Teams Achievement Divisions (STAD) (dalam Sutrisni Andayani, 2007:2) bahwa, Siswa ditugaskan untuk
mempelajari empat anggota tim yang dicampur dalam tingkat kinerja, gender dan
etnisitas . Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Akhirnya, semua siswa mengambil tes individu pada bahan, ketika Anda tidak
dapat saling membantu. Skor kuis siswa dibandingkan dengan rata-rata skor
mereka yang lalu, dan poin-poin diberikan pada dasar persetujuan yang siswa
jumpai atau lewati dipenampilan mereka yang lebih awal.
Untuk model ini siswa ditempatkan dalam tim/kelompok
belajar beranggotakan empat orang sedemikian sehingga setiap tim terdapat siswa
yang berprestasi tinggi, sedang (rata-rata), dan rendah atau variasi dari jenis
kelamin, kelompok ras, dan etnis, atau kelompok sosial lainnya. Pengajar
terlabih dahulu menyajikan materi baru dalam kelas, kemudian anggota tim
berlatih dan mempelajari dan berlatih untuk materi tersebut dalam kelompok
mereka yang biasanya bekerja berpasangan. Mereka melengkapi lembar kerja,
biasanya satu sama lain, membahas masalah dan mengerjakan latihan. Tugas-tugas
mereka itu harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok. Tiap anggota kelompok
menggunakan lembar kerja siswa, dan kemudian saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Pada
akhirnya guru memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu.
C.
Teori
yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1.
Teori Psikologi kognitif –
konstruktivistik.
a)
Teori piaget
Piaget (slavin, 2000)
memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bawaan yang mendorongnya
untuk brinteraksi dengan lingkunganya. Baik lingkungan fisik maupun sosialnya.
Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan pemanipulasian lingkungan
akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial
dengan teman sebaya, khususnya dalam mengembangkan ide dan berdiskusi akan
membantunya memperjelas hasil pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya
lebih logis.
b)
Teori Vygotsky
Vygotsky
mendasarkan karyanya pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual
dapat dipahami bila ditinjau dari konteks pengalaman historis dan budaya anak.
Kedua, perkembangan bergantung pada sistem – sistem isyrat (sign system) di
mana ia tumbuh. Sistem isyrat mengacu kepada simbol yang diciptakan oleh budaya
untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Menurut
vygotsky, peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman
sebaya yang lebih mampu untuk memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual.
2.
Teori
Sosial
a)
John Dewey dan Herbert Thelan
Menurut
dewey kelas seharusnya merupakan cermin dari masyarakat luas dan berfungsi
sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan nyata. Dewey menegaskan bahwa guru
perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan demokrasi dan proses ilmiah
dalam lingkungan belajar peserta didik dalam kelas. Beberapa tahun setelah
dewey, thelan berpendapat bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau
miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah – masalah sosial dan masalah
antar pribadi.
b)
Teori Gordon Allport
Pandangan
allport dikenal dengan “the nature of prejudice”. Untuk mengurangi kecurigaan
dan meningkatkan satu sama lain adalah dengan jalan mengumpulkan mereka ( antar
suku atau ras ) dalam satu lokasi, kotak langsung dan bekerja sama antar
mereka. Shlomo sharan dan kaleganya menyimpulkan adanya tiga kondisi dasar
untuk memformasikan pandangan allport untuk mengurangi kecurigaan antar
kelompok dan meningkatkan penerimaan antar mereka. Tiga kondisi tersebut adalah
: 1) kontak langsung antar suku atau ras, 2) dalam seting tertentu, mereka
bekerjasama dan berperan aktif dalam kelompok, dan 3) dalam seting tersebut,
mereka secara resmi menyetujui adanya kerjasama.
b)
Teori
Kurt
Lewin
Mendorong
penerimaan sosial (promote sosial acceptance) atau meningkatkan jarak/ketegangan
sosial. Banyak hasil penelitian lewin yang mengetengahkan pentingnya
partisipasi aktif dalam kelompok untuk mempelajari keterampilan baru,
mengembangkan sikap baru, dan memperoleh pengetahuan. Hasil penelitiannya juga
menunjukkan betapa produktifnya kelompok bila anggota– anggotanya berinteraksi
dan kemudian saling merefleksikan pengalaman– pengalamannya.
D.
Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe STAD
memiliki tujuan, yaitu
untuk menciptakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan
emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap
lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang dengan
baik.
E.
Langkah-Langkah Pembelajaran STAD
Slavin (1995) mengemukakan ada 5
langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, yaitu:
1.
Persiapan
Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan kepada
siswa apa yang hendak dipelajari dan mengapa hal itu penting. Selanjutnya guru
menyampaikan secara khusus tujuan pembelajaran. Guru membangkitkan motivasi
rasa ingin tahu siswa tentang materi apa yang akan mereka pelajari. Kemudian
dilanjutkan dengan memberikan apersepsi sebagai pengantar menuju materi.
2. Penyajian
Materi
Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan
beberapa hal sebagai berikut:
a.
Mengembangkan
materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok;
b.
Menekankan
bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan sekadar hafalan;
c.
Memberikan
umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa;
d.
Memberi
penjelasan atau alasan mengapa jawaban itu benar atau salah
e.
Beralih
pada materi berikutnya jika siswa telah memahami masalah yang ada.
3. Tahap
Kerja Kelompok
Pada tahap
ini, siswa diberi kertas kerja sebagai bahan yang akan dipelajari dalam bentuk
open-ended tasks. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling
bantu menyelesaikan tugas dengan target setiap anggota kelompok mampu memahami
materi secara benar. Salah satu kerja kerja dikumpulkan sebagai hasil kerja
kelompok. Pada tahap ini guru harus mampu berperan sebagai fasilitator dan motivator kerja
kelompok. Selanjutnya langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru adalah
sebagai berikut:
a. Mintalah anggota kelompok untuk
memindahkan meja/bangku agar mereka berkumpul menjadi satu kelompok.
b. Berilah waktu lebih kurang 10 menit
untuk memilih nama kelompok.
c. Bagikan lembar kegiatan siswa.
d. Serahkan pada siswa untuk bekerja
sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan
yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus
mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah
satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung
jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka
lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang
lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
e. Tekankan pada siswa bahwa mereka
belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat
mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar
kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi
penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan
teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika
mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya
sebelum bertanya guru.
f. Sementara siswa bekerja dalam
kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang
semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya
untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
4. Tahap
Tes Individu
Untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual atau quiz
mengenai materi yang telah dipelajari dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
open-ended tasks dimana tes individu dilakukan pada akhir setiap pertemuan.
Tujuannya agar siswa dapat menunjukkan pemahaman dan apa yang telah dipelajari
sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per individu ini didata dan diarsipkan
sebagai bahan untuk perhitungan skor kelompok.
5. Tahap
Penghargaan
Penghargaan kelompok diberikan
berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari
peningkatan individu dalam kelompok tersebut. Penghargaan diberikan pada
anggota tim yang paling baik/berprestasi. Penghargaan kelompok dilakukan dalam
tahapan berikut ini:
a. Menghitung skor individu kelompok.
b. Nilai perkembangan individu dihitung
berdasarkan selisih perolehan skor tes awal dan tes berikutnya, sehingga setiap
anggota memiliki kesempatan yang sama untuk memberi sumbangan skor maksimal
bagi kelompoknya.
F.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tipe STAD
a.
Kelebihan
Adapun kelebihan yang dimiliki model pembelajaran tipe
STAD dalam penerapannya di kelas adalah:
1)
Meningkatkan
motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu dan mendukung dalam
memecahkan masalah.
2)
Melatih
siswa untuk dapat bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan suatu
masalah.
3)
Interaksi
antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
4)
Memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi
temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
5)
Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
6)
Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik
hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.
7)
Meningkatkan
kecakapan individu
8)
Para siswa lebih aktif bergabung
dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.
b.
Kekurangan
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh model
pembelajaran tipe STAD adalah:
1)
Siswa
berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang
pandai lebih dominan.
2)
Siswa
yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder berkerja sama dengan
teman-teman yang lebih mampu.
3)
Pemborosan
waktu ketika berdiskusi.
4)
Siswa
yang kurang pandai akan memiliki peran yang sedikit dalam proses belajar.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Pengertian
model pembelajaran kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender.
2. Pengertian
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model
yang bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan
semua tingkatan, serta merupakan model yang paling
sederhana dan mudah dilaksanakan.
Dalam model pembelajaran ini, siswa
ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
kinerjanya, jenis kelamin, dan suku.
3. Tujuan
dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe STAD
memiliki tujuan, yaitu
untuk menciptakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan
emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap
lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang dengan
baik.
4.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a. Persiapan
b. Penyajian Materi
c. Tahap Kerja Kelompok
d. Tahap Tes Individu
e. Tahap Penghargaan
5. Kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki model pembelajaran kooperatf tipe STAD
Adapun kelebihan yang dimiliki model pembelajaran tipe
STAD dalam penerapannya di kelas adalah memberikan
kesempatan
pada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi
temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu, melatih siswa untuk
dapat bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa juga menjadi
terlatih mengembangkan bakat kepemimpinannya dan keterampilan berdiskusinya. Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh model
pembelajaran tipe STAD adalah siswa yang kurang pandai akan memiliki peran yang
sedikit dalam proses belajar karena dalam kerja kelompok yang dilakukan, hanya
melibatkan siswa yang mampu memimpin dan mengarahkan siswa yang kurang pandai.
B.
Saran
Semoga makalah yang telah tersusun rapi ini tidak hanya
menjadi sekedar obyek pelengkap nilai akademik saja, diharapkan sekiranya
orang-orang dapat belajar banyak tentang pembelajaran kooperatif dari makalah
ini terutama
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mampu
menerapkannya setiap kali melakukan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi. 2004. Perbandingan Penerapan Pembelajaran (Online), (http://hendygoblog.blogspot.com/2009/07.html, diakses 5 April 2015).
Suyanto. 2005. Model Pembelajaran (Online), http://raseko.blogspot.com/2011/05.html,
diakses 5 April 2015)
Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Usman, H.B. 2003. Strategi Pembelajaran Pemprosesan Informasi
dan Konstruktivis. Buku Ajar Strategi Mengajar Belajar. Universitas
Tadulako Palu.
A.
Nur Rahman
1. Bagaimana
cara mengukur kemampuan siswa sedangkan guru baru mengajar pada kelas tersebut
?
Jawab : Untuk mengukur kemampuan
siswa hal yang dapat dilakukan guru ialah mengadakan tes awal. Selain itu, guru
yang baru dapat bertanya kepada guru mereka yang lama dan melihat hasil-hasil
ulangan siswa sebelumnya.
B.
Azniar Arfi Arafyana
1. Apakah
LKS yang dibagikan kepada setiap kelompok sama ?
Jawab : Ya
2. Ketika
siswa mengerjakan LKS apakah siswa mencari sendiri materinya atau guru yang
menyiapkannya ?
Jawab : Sebelum siswa dibagi dalam
kelompoknya masing-masing guru terlebih dahulu menyajikan materi. Materi yang
disajikan adalah materi yang sesuai dengan LKS yang akan diberikan. Pada tahap
ini guru bukan hanya menyampaikan materi saja, tetapi juga memberikan
pertanyaan kepada siswa dan mempersilahkan siswa untuk bertanya kepada guru.
Dengan begitu siswa telah siap untuk mengerjakan LKS mereka masing-masing.
C.
Ammar Abdullah JG
1. Apakah
metode STAD dapat digunakan dalam setiap materi pelajaran ?
Jawab : Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan model yang paling umum digunakan. Model ini
dapat digunakan hampir pada semua materi pelajaran yang ada.
D.
Lusiana
1. Dalam
kelompok apakah ada presentasi ?
Jawab : Tidak, karena hanya
dilakukan diskusi dan setelah diskusi LKS yang diberikan dikumpul.
2. Bagaimana
jika alokasi waktu tidak mencukupi ?
Jawab : Untuk pemula pasti ada
alokasi waktu yang tidak mencukupi. Tetapi untuk yang kedua dan seterusnya
pasti bisa mengalokasikan waktunya. Selain itu, di dalam RPP sudah ditentukan
sebanyak beberapa menit yang digunakan pendahuluan, isi dan penutup.
E.
Syamsudin
1. Teori
yang mendasari model pembelajaran kooperatif STAD terbagi atas 2 teori
psikologi kognitif-konstruktivistik dan John Dewey dan Herbert Thalen maksudnya
bagaimana?
Jawab: Mohon maaf, dalam pengetikan
makalah kami terjadi kesalahan yang pertama teori psikologi
kognitif-konstruktivistik dan yang kedua teori soal dimana teori sosial terdiri
atas beberapa mendapat para ahli yaitu a) John Dewey dan Herbert Thalen b)
Gordon Allport c) Teori Kurt Lewin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar