“MENGHITUNG TINGKAT KESUKARAN DAN
DAYA PEMBEDA”
TUGAS
MATAKULIAH
ASESMEN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Disusun
Oleh:
Kelompok
XI
1.
Intan
Paramita Barakati A 231 13 084
2.
Arifa
Nur Ayu A 231 13 093
3.
Esti
Qomariya A 231 13 115
Dosen Pengampu
Dr. H. Mustamin
Idris, M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS
TADULAKO
FEBRUARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Evaluasi
pembelajaran adalah sistem, Artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai
unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan peran
tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur
yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang
tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi
akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting
tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan,
kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses
pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah
merupakan pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan
sistem evaluasi dalam pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan.
Dalam proses pembelajaran ada tiga
komponen utama yang merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses
pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-masing komponen dalam proses
pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus
senantiasa sesuai satu sama lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap
alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari
para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur
dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang
tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (=item, tes). Dalam aplikasinya
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui
tujuan yang ingin dicapai.
Akan tetapi alat yang digunakan
untuk mengukur tersebut harus dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan soal
tersebut dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan. Oleh sebab itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat soal dengan baik dan
benar, caranya yaitu dengan mengukur tingkat kesukaran soal dan daya pembeda
soal. Tingkat kesukaran soal dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan
soal, apakah soal tesebut tergolong mudah atau sukar. Sedangkan daya pembeda
soal digunakan untuk membedakan kelompok yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
menganalisis butir soal ?
2. Bagaimana
menghitung tingkat kesukaran soal ?
3. Bagimana
menghitung daya pembeda soal?
4. Apa kegunaan
analisis butir soal ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara menganalisis butir soal
2. Untuk
mengetahuii cara menghitung tingkat kesukaran soal
3. Untuk
mengetahui cara menghitung daya pembeda soal
4. Untuk
mengetahui kegunaan analisis butir soal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Butir Soal
Butir soal
merupakan perangkat utama dalam sistem penilaian terhadap siswa di sekolah.
Untuk itu sangat penting menentukan mana soal-soal yang cacat atau tidak
berfungsi penggunaannya. Pendidik perlu meningkatkan kualitas butir soal
melalui analisis terhadap tiga komponen utama yang meliputi :(1) tingkat
kesukaran, (2) daya pembeda, dan (3) pengecoh soal.
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan
memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan
kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah
setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis
terhadapnya.Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif.
Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang
mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak
dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum
ada pedoman secara standar.
Kegiatan
menganalisis butir soal merupakan proses pengumpulan, peringkasan dan
penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap
penilaian. Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh
instrument yang berkategori baik. Analisis ini meliputi: Menentukan validitas
dan reliabilitas tes, dan Analisis butir tes.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah
yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes
memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir,
sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Dengan melakukan
analisis butir setidaknya kita dapat mengetahui empat hal penting,yaitu:
1. Bagaimana
taraf kesukaran setiap butir tes?
2. Apakah
setiap soal memiliki daya pembeda baik?
3. Apakah semua
alternative jawaban dapat berfungsi secara baik?
4. Sejauhmana
tiap butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?
- Tujuan analisis butir soal :
1)
mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh
soal yang bermutu sebelum digunakan.
2)
membantu meningkatkan kualitas tes melalui revisi atau
membuang soal yang tidak efektif
3)
mengetahui informasi diagnostik pada siswa, sudahkan
mereka memahami materi yang telah diajarkan
- Ada dua jenis analisis butir soal
yang dapat pendidik laksanakan, yaitu :
1)
Analisis secara kualitatif, prosedur peningkatan
secara judgement, terkait dengan isi dan bentuk soal
2)
Analisis secara kuantitatif, prosedur peningkatan
secara empirik, terkait dengan ciri-ciri statistiknya
•Analisis
Secara Kualitatif
- Pengertian
1)
Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal
digunakan/diujikan (tes tertulis, perbuatan, dan sikap)
2)
Aspek yang ditelaah : segi materi, konstruksi,
bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya
3)
Bahan penunjang : bahan-bahan penunjang seperti: (1)
kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus
bahasa Indonesia.
- Teknik
analisis
1)
Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di
dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap
butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli dan
dimoderatori oleh satu orang.
Kelebihan :
Setiap butir soal dapat dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti
apa.
Kelemahan :
Teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir
soal.
2)
Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir
soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir
soal. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan
memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang
kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti.
- Prosedur analisis
Untuk
mempermudah prosedur pelaksanaan dapat menggunakan format penelahaan soal yang
digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal.
Model format
penelaahan soal :
•Analisis
Secara Kuantitatif
- Pengertian
Penelaahan
butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal terkait yang telah
diujikan.
- Pendekatan analisis
a. Klasik
Analisis
butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi
dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan
dengan menggunakan teori tes klasik.
Kelebihan :
mudah , murah, sederhana, familier digunakan guru-guru,dapat menggunakan data
sampel kecil.
Kelemahan :
(1) Tingkat
kemampuan dalam teori klasik adalah “true score”. Jika tes sulit artinya
tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan
peserta didik tinggi.
(2) Tingkat
kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup yang
menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan
peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan.
(3) Daya
pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan grup
peserta didik.
b.
Modern
Penelaahan
butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori
jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi
matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan
kemampuan siswa.
IRT
merupakan hubungan antara probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar dan
kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa.
Kelebihan :
(1) asumsi
banyak soal yang diukur pada trait yang sama, perkiraan tingkat kemampuan
peserta didik adalah independen;
(2) asumsi
pada populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen sampel yang
menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal;
(3)
statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan siswa diperkirakan
dapat terlaksana
Kelemahan :
prosesnya cukup rumit dan sulit
Penghitungan
dalam penelaahan butir soal secara kuantitatif dapat menggunakan bantuan
kalkulato scientific atau program komputer.
B. Tingkat Kesukaran (TK)
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah bentuk soal
tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan
sukar atau mudahnya suatu soal. (Arikunto, 1999: 207). Selain itu juga Tingkat
kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Menurut Witherington dalam bukunya berjudul psychological Education,
mengatakan bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil
belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat
kesulitan dari item tersebut. Angka yang dapat memberikan petunjuk
mengenai tingkat kesukaran item itu
dikenal dengan istilah difficulty index ( angka index kesukaran item), yang
dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata
proportion( proporsi =proposa). Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Semakin
besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti
semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada
siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa
menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap
nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada
butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.
Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang
memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik
biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk
uraian digunakan rumus berikut ini.
Keterangan:
P : Indeks tingkat kesukaran butir soal
:
Banyaknya peserta yang menjawab dengan benar
:
Skor maksimum
N:
Jumlah peserta tes
Hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran
soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut
ini :
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30
adalah soal sukar
Soal
dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00
adalah soal mudah
|
Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total
skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk
positif skewed, sedangkan tes yang mudah dengan TK= >0,80) distribusinya
berbentuk negatif skewed.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru
dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran.
•Kegunaannya bagi guru adalah:
(1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi
masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka
(2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai
terhadap butir soal yang biasa.
•Adapun kegunaannya bagi pengujian
dan pengajaran adalah:
(a)
pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang
(b)
tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah
(c) memberi
masukan kepada siswa
(d)
tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang biasa
(e) merakit
tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran
butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat:
(1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan
penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal),
(2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa clan KR-20,
semakin tinggi korelasi antar soal, semakin tinggi reliabilitas.
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat
ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi
terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
1) Pengecoh
butir soal itu tidak berfungsi.
2) Sebagian
besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa
telah memahami materi yang ditanyakan.
Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap
informasi ini adalah seperti berikut.
1) Butir
soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2)
Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3) Materi
yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga
kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4) Materi
yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan
(misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan
ganda).
5)
Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Namun,
analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat
kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat
kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan
tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan
rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang
merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena IRT dapat mengestimasi tingkat
kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT,
komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa
biasa.( http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ di akses
pada tanggal 29 oktober 2013)
Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu
mudah. Soal yang terlalu mudah, yakni semua anak dapat mengerjakan dengan
benar, adalah tidak baik. Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua
anak tidak dapat mengerjakan soal dengan benar, juga merupakan soal yang tidak
baik. Hal itu disebabkan karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang
peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Dan soal yang terlalu
sukar menyebabkan peserta didik putus asa serta menjadi tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya,
soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah
menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan apakah soal tersebut
termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini digunakan
judgment dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tersebut antara lain adalah:
1. Abilitas yang diukur dalam pertanyaan
tersebut
2. Sifat materi yang diujikan atau
ditanyakan
3. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan
bidang keilmunya, baik luasnya maupun kedalamnya.
※ Contoh I:
Guru SKI memberikan 10 pertanyaan
piihan berganda denga komposisi 3 soal mudah , 4 soal sedang , dan 3 soal
sukar. Jika di lukiskan susunan soalnya adalah sebagai berikut :
No soal
|
Abilitas yang Diukur
|
Tingkat kesukaran soal
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Pengetahuan
Aplikasi
Pemahaman
Analisis
Evaluasi
Sitesis
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sitesis
|
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sukar
Sukar
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
|
Kemudian soal tersebut di berikan
kepada 10 orang siswa dan tidak seorang pun yang tidak mengisi seluruh pertanyaan
tersebut. Setelah di periksa hasilnya adalah sebagai berikut.
No soal
|
Banyakya siswa yang menjawab (N)
|
Banyaknya siswa yang menjawab (B)
|
Indeks
|
Kategori soal
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
|
18
12
10
20
6
4
16
11
17
5
|
0,9
0,6
0,5
1,0
0,3
0,2
0,8
0,55
0,85
0,25
|
Mudah
Sedang
Mudah
Seang
Sukar
Sukar
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
|
Dari sebaran di atas ternyata ada
tiga soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang semula di proyeksikan kedalam
kategori mudah, setelah di coba ternyata termasuk kedalam kadegori sedang. Demikian,juga
soal nomor 4 yang semula di proyeksikan sedang ternyata termasuk kedalam
kategori mudah. Nomor 9 semula di kategorikan sedang ternyata termasuk kedalam
kategori mudah. Sedangkan tujuh soal yang lainya sesuai dengan proyeksi semula
atas dasar tersebut ketiga soal diatas harus diperbaiki kembali.
Soal no : 3 dinaikan dalam kategori
sedang.
Soal no : 4 diturunkan dalam
kategori mudah.
Soal no : 9 di turunkan kedalam
kategori mudah.
※ Contoh II:
Dalam evaluasi tes yang menggunakan
pilihan ganda dan essay diperoleh skor siswa dengan tingka kesukaran sebagai
berikut :
C. Daya
Pembeda Soal
Daya pembeda (item
discriminination) adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek
yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang
digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan
peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Jadi Daya
pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga
belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan warga
belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya
pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran
tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda
negatif
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar
kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah
sebuah angka yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda yang dimiliki oleh
sebutir item. Daya pembeda pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian siswa ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni kelompok yang tergolong pandai,
dan kelompok bawah, yaitu kelompok siswa yang tergolong bodoh. Dalam hubungan
ini, jika sebutir item memiliki angka indeks diskriminasi item dengan tanda
positif, hal ini merupakanm petunjuk bahwa butir item tersebut telah memiliki
daya pembeda, dalam arti bahwa siswa yang termasuk kategori pandai lebih banyak
yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan,
sedangkan siswa yang termasuk kategori bodoh lebih banyak yang menjawab salah.
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal ini
menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama
sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas yang jawabannya betul (atau
salah) sama dengan jumlah siswa kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi
diantara kedua kelompok siswa tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali, atau
perbedaannya sama dengan nol. Adapun apabila angka indeks diskriminasi item
dari sebutir item bertanda negatif, maka pengertian yang terkandung didalamnya
adalah, bahwa butir item yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh siswa
kelompok bawah ketimbang siswa kelompok atas. Dengan demikian ada tiga titik
pada daya pembeda yaitu:
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan
tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami
materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang
diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini:
Besarnya
angka indeks diskriminasi item (D)
|
Klasifikasi
|
Interpretasi
|
Kurang
dari 0,20
|
Poor (jelek)
|
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali, dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.
|
0,20 –
0.40
|
Satisfactory
(cukup)
|
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang cukup (sedang).
|
0,40 –
0,70
|
Good (baik)
|
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik.
|
0,70 –
1,00
|
Excellent (sangat
baik)
|
Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik sekali.
|
Bertanda
negatif
|
-
|
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya negatif (jelek sekali).
|
Untuk mengetahui daya pembeda
soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan: Dp : Indeks daya pembeda satu butir soal
tertentu
SA
: Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB : Jumlah skor kelompok bawah pada butir
soal yang diolah
IA : Jumlah skor maksimum salah satu kelompok
pada butir soal yang diolah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga
tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sesuai dengan tabel
berikut.
Interpretasi
Daya Pembeda Instrumen Tes
Manfaat daya
pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data
empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah
butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau
belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat
membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai
"kemungkinannya" seperti berikut ini:
• Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
• Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang
benar
• Kompetensi yang diukur tidak jelas
• Pengecoh tidak berfungsi
• Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak
siswa yang menebak
• Sebagian besar siswa yang memahami materi yang
ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya
contoh :
Semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar
dan semua siswa kelompok bawah menjawab salah, maka DB akan + 1,00.
DB dapat di tentukan besarnya dengan rumus sebagai berikut : PA
– PB
Berikut
adalah tabel kategori tingkat kesukaran dalam daya beda.
No soal
|
Kelompok
atas
|
Kelompok
bawah
|
Daya Beda
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
1.00
1.00
1.00
1.00
0.30
1.00
1.00
0.80
0.00
0.00
|
1.00
0.00
0.10
0.10
0.60
0.00
0.10
0.10
1.00
0.00
|
0.00
1.00
0.90
0.90
-0.30
1.00
0.90
0.70
-1.00
0.00
|
Kembali pada
tingkat kesukaran yang di tunjukkan pada tabel dapat kita lihat soal no 9
merupakan soal yang sukar bagi kelompok atas tetapi sangat mudah bagi kelompok
bawah soal no 10 merupakan soal yang sangat sukar baik bagi kelompok atas
maupun kelompok bawah. soal nomor 2 dan nomor 6 merupakan soal yang
sangat sukar dagi kelompok bawah tetapi relatif mudah untuk kelompok atas.
Perhitungan daya beda sangatlah sederhana dan menyajikan informasi yang dapat
membedakan masing – masing kelompok berdasarkan kemampuan mereka. (engelhart,
1965) . soal nomor 1 dan nomor 10 tidak menujukkan perbedaan antar
kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat kesukaran pada soal nomor 1 dan nomor
10 yang juga menujukkan bahwa soal tidak dapat menujukkan perbedaan antar kelompok.
Soal no 5 dan no 9 mempunyai indeks dayabeda yang baik, tetapi terbalik. Tanda
negatif no 5 dan no 9 menujukkan bahwa peserta tes yang kemampuanya
tinggi tidak dapat menjawab soal dengan benar , tetapi peserta tes yang
kemampuanya rendah menjawab dengan benar , data setatistik diatas menunjukkan
bahwa soal nomor 5 dan 9 merupakan soal yang tidak baik, data setatistik
menujukkan bahwa soal nomer 2,3,4,6,7 dan 8 merupakan soal yang baik ditinjau
dari daya pembeda.
Bagaimana
cara menentukan daya pembeda soal uraian? Langkah yang di lakukan untuk
menghitung daya pembeda sama seperti yang dilakukan pada soal pilihan ganda.
Urutkan seluruh peserta tes berdasarkan perolehan sekor total dari yang tinggi
keperolehan skor yang rendah.
Dari contoh
diatas dapat disimpulkan bahwa cara menghitung daya pembeda adalah dengan
menempuh langkah sebagai berikut :
1.Memeriksa
jawaban soal semua siswa peserta tes.
2.Membuat
daftar peringkat atau urutan hasil tes berdasarkan sekor yang di capainya.
3.Menentukan
jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah.
4.Menghitung
selisi tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan kelompok bawah.
5.Membandingkan
nilai selisih yang di peroleh.
6.Menentukan
ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria “memiliki daya
pembeda”.
D. Kegunaan Hasil Analisis Butir Soal
Analisis butir soal dapat membantu Anda menjawab pertanyaan yang diajukan
di muka. Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengkaji
kualitas butir-butir soal tes obyektif. Kualitas butir-butir soal yang baik
menghasilkan tes atau pengukuran hasil belajar yang baik pula. Demikian juga
sebaliknya, manakala kualitas butir-butir soal tidak baik, maka tidak akan
akurat pula tes hasil belajar siswa. Dengan kata lain, kualitas butir-butir
soal dapat membuat siswa pandai mempunyai nilai jelek dan siswa kurang pandai
mendapat nilai baik.
Tes hasil belajar juga dapat memberi informasi tentang pembelajaran yang
telah Anda lakukan. Jika misalnya, rata-rata hasil belajar siswa itu mempunyai
40 (dengan 100 sebagai nilai sempurna), maka Anda dapat bertanya apakah
perangkat tesnya yang jelek atau pembelajarannya yang tidak baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari analisis butir soal
adalah:
- memberikan informasi tentang kualitas butir-butir soal atau tentang
kualitas perangkat THB
- memberikan informasi baik tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan.
Tes adalah satu atau seperangkat pertanyaan yang direncanakan untuk
memperoleh informasi akurat tentang hasil belajar. Pertanyaan tersebut harus
mempunyai jawaban yang benar. Tes dapat berupa tes formatif yang dimaksudkan
untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami materi yang diajarkan
oleh guru. Tes juga dapat berupa tes sumatif yang merupakan tes hasil belajar dalam
suatu periode waktu tertentu sesuai kebutuhan (ujian akhir semester, ujian
kenaikan kelas, dan sebagainya). Secara garis besar, dalam analisis butir soal
dengan dapat dilakukan terlebih dahulu menganalisis konstruksi soal dari setiap
butir soal. Untuk itu, Anda harus memahami BBM yang ditulis khusus mengenai
konstruksi/ pengembangan soal tersebut. Konstruksi soal pilihan berganda
terdiri atas stem (pokok soal) dan pilihan jawaban. Berikut disajikan ilustrasi
analisis konstruksi butir soal lewat pembahasan 2 contoh butir soal.
1.
Siapakah di antara nama-nama berikut yang menemukan
telepon?
a.Bell
b.Marconi
c.Morse
d.Pasteur
a.Bell
b.Marconi
c.Morse
d.Pasteur
2.
Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam
bejana yang dilapisi dengan....
a.kain
b.seng
c.keramik
d.tembaga
a.kain
b.seng
c.keramik
d.tembaga
Apa yang dapat Anda simpulkan dari dua soal tersebut? Soal pertama Anda
amati adalah tentang telepon atau alat komunikasi, sementara soal kedua adalah
tentang penyimpanan air panas. Jadi, jika hasil diskusi atau komentar Anda
menyimpulkan bahwa kedua soal tersebut tidak mungkin berasal dari satu materi
pokok maka Anda sebenarnya sudah melaksanakan kegiatan analisis butir soal dan
analisis tes. Anda sudah memperhatikan materi atau isi soal dan kemungkinannya
kedua soal tersebut berasal dari satu materi pokok atau mungkin dari satu tes.
Jika kemudian Anda juga memperhatikan pilihan-pilihan jawaban (option) dari
soal tersebut, maka Anda meneruskan analisis isi soal. Anda melihat misalnya
pada soal pertama pilihan jawaban d, yaitu Pasteur itu lain sendiri, karena
ilmuwan tersebut dikenal orang aktif dalam bidang ilmu kesehatan, bukan bidang
ilmu teknis atau ilmu alam. Dengan kata lain, pilihan jawaban tersebut tidak
homogen. Pilihan jawaban tidak homogen sepertinya juga terjadi di soal kedua.
Dua pilihan jawaban terdiri atas logam, sementara dua pilihan lain dari bahan
lain. Pada soal pertama Anda perlu sekali memperhatikan pilihan jawaban d dan
sebaiknya pilihan jawaban tersebut diganti, misalnya dengan nama Edison yang
sama-sama terkenal di bidang ilmu alam, sehingga rumusan soal menjadi:
1. Siapakah di antara nama-nama berikut yang menemukan telepon?
a. Bell.
b. Edison.
c. Marconi.
d. Morse.
Sementara itu, dalam soal kedua, Anda harus memperhatikan materi pokok yang
diajarkan. Jika materi membahas sifat dan karakteristik berbagai macam bahan,
maka pilihan jawaban yang tersaji mungkin sudah tepat. Akan tetapi, jika materi
membahas tentang logam, maka dua pilihan jawaban yang bukan logam (yaitu,
pilihan jawaban a dan b) harus diganti, misalnya, masing-masing dengan pilihan
jawaban besi dan timah.
Selain itu, rumusan soal juga harus diubah, sehingga misalnya menjadi;
Selain itu, rumusan soal juga harus diubah, sehingga misalnya menjadi;
2. Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang terbuat
dari ....
a. besi
b. seng
c. tembaga
d. timah
Langkah berikutnya setelah analisis konstruksi butir soal adalah mencermati
indikator soal. Mencermati indikator soal pada dasarnya terdiri atas 2 hal. Hal
pertama adalah mencermati keberadaan komponen indikator soal yang diringkas
dengan ‘rumus’ ABCD, yaitu:
A= Audience, ada subyek pembelajaran yang menjadi peserta tes, misalnya
siswa kelas V semester 2,
B= Behavior
= perilaku yang diuji,
C= Condition = bahan, alat dan sumber pembelajaran yang tersedia agar dapat
menjawab soal,
D= Degree,
seberapa banyak atau tingkat penguasaan yang dikehendaki. Hal kedua dalam
mencermati indikator soal adalah memeriksa keterkaitannya dengan indikator
pembelajaran. Dalam hal kedua inilah, analisis butir berpotensi untuk memberi
masukan tentang seberapa baik pembelajaran telah dilakukan.
Manfaat
analisis butir soal :
· membantu para pengguna tes dalam
evaluasi atas tes yang digunakan
· sangat relevan bagi penyusunan tes
informal dan lokal (seperti tes yang disiapkan guru di kelas)
· mendukung penulisan butir soal yang
efektif
· secara materi dapat memperbaiki tes
di kelas
· meningkatkan validitas dan
reliabilitas soal
· menentukan apakah suatu fungsi butir
soal sesuai dengan yang diharapkan
· memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan
sebagian dasar untuk bahan diskusi di kelas
· memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa
· memberi masukan pada aspek tertentu
untuk pengembangan kurikulum
· merevisi materi yang dinilai atau
diukur dan meningkatkan keterampilan penulisan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menganalisis butir soal merupakan proses pengumpulan,
peringkasan dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan
tentang setiap penilaian. Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam
upaya memperoleh instrument yang berkategori baik Analisis butir tes bertujuan untuk
mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang
baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi
mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk
melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya kita dapat
mengetahui empat hal penting,yaitu: Bagaimana taraf kesukaran setiap butir tes? Dan Apakah
setiap soal memiliki daya pembeda baik?
2.
Cara menghitung tingkat kesukaran dapat digunakan
beberapa rumus :
- untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk pilihan ganda digunakan
rumus berikut : ini.
- Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk
uraian digunakan rumus berikut ini.
3.
Cara menghitung daya pembeda soal dapat digunakan
beberapa rumus :
4.
kegunaan dari analisis butir soal adalah:
- memberikan informasi tentang kualitas butir-butir
soal atau tentang kualitas perangkat THB
- memberikan informasi baik tidaknya pembelajaran yang
telah dilakukan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermafaat, bukan hanya menjadi sekedar tugas mata kuliah ini, diharapkan sekiranya orang-orang dapat belajar banyak
tentang menghitung
tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Agar nantinya dalam membuat butir
soal dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud.
2012. Kumpulan makalah tingkat kesukaran
dan daya beda.[online]. Tersedia di :http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2012/06/tingkat-kesukaran-dan-daya-beda.html
Multazam,
ahmad. 2013.Analisis Butir (tingkat
kesukaran dan daya beda).[online] http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/01/analsis-butir-tingkat-kesukaran-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar