Kamis, 20 Oktober 2016

makalah menghitung tingkat kesukaran dan daya pembeda



MENGHITUNG TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA PEMBEDA
TUGAS MATAKULIAH
ASESMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Disusun Oleh:
Kelompok XI
1.                Intan Paramita Barakati            A 231 13 084
2.                Arifa Nur Ayu                             A 231 13 093
3.                Esti Qomariya                              A 231 13 115

Dosen Pengampu
Dr. H. Mustamin Idris, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS TADULAKO
FEBRUARI 2016







BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
     Evaluasi pembelajaran adalah sistem, Artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan.
Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (=item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
Akan tetapi alat yang digunakan untuk mengukur tersebut harus dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat soal dengan baik dan benar, caranya yaitu dengan mengukur tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Tingkat kesukaran soal dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan soal, apakah soal tesebut tergolong mudah atau sukar. Sedangkan daya pembeda soal digunakan untuk membedakan kelompok yang berkemampuan  tinggi dan yang berkemampuan rendah.

B.   Rumusan Masalah
1. Bagaimana menganalisis butir soal ?
2. Bagaimana menghitung tingkat kesukaran soal ?
3. Bagimana menghitung daya pembeda  soal?
4. Apa kegunaan analisis butir soal ?

C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara menganalisis butir soal
2.      Untuk mengetahuii cara menghitung tingkat kesukaran soal
3.      Untuk mengetahui cara menghitung daya pembeda soal
4.      Untuk mengetahui kegunaan analisis butir soal

















BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Butir Soal
Butir soal merupakan perangkat utama dalam sistem penilaian terhadap siswa di sekolah. Untuk itu sangat penting menentukan mana soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya. Pendidik perlu meningkatkan kualitas butir soal melalui analisis terhadap tiga komponen utama yang meliputi :(1) tingkat kesukaran, (2) daya pembeda, dan (3) pengecoh soal.
Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar.
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan proses pengumpulan, peringkasan dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument yang berkategori baik. Analisis ini meliputi: Menentukan validitas dan reliabilitas tes, dan Analisis butir tes.
Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya kita dapat mengetahui empat hal penting,yaitu:
1. Bagaimana taraf kesukaran setiap butir tes?
2. Apakah setiap soal memiliki daya pembeda baik?
3. Apakah semua alternative jawaban dapat berfungsi secara baik?
4. Sejauhmana tiap butir tes dapat mengukur hasil pembelajaran?

- Tujuan analisis butir soal :
1)      mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan.
2)      membantu meningkatkan kualitas tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif
3)      mengetahui informasi diagnostik pada siswa, sudahkan mereka memahami materi yang telah diajarkan
- Ada dua jenis analisis butir soal yang dapat pendidik laksanakan, yaitu :
1)      Analisis secara kualitatif, prosedur peningkatan secara judgement, terkait dengan isi dan bentuk soal
2)      Analisis secara kuantitatif, prosedur peningkatan secara empirik, terkait dengan ciri-ciri statistiknya
Analisis Secara Kualitatif
- Pengertian
1)      Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan (tes tertulis, perbuatan, dan sikap)
2)      Aspek yang ditelaah : segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya
3)      Bahan penunjang : bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
- Teknik analisis
1)      Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli dan dimoderatori oleh satu orang.
Kelebihan : Setiap butir soal dapat dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa.
Kelemahan : Teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.
2)      Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti.
- Prosedur analisis
Untuk mempermudah prosedur pelaksanaan dapat menggunakan format penelahaan soal yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal.
Model format penelaahan soal :
Analisis Secara Kuantitatif
- Pengertian
Penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal terkait yang telah diujikan.
- Pendekatan analisis
a.  Klasik
Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.
Kelebihan : mudah , murah, sederhana, familier digunakan guru-guru,dapat menggunakan data sampel kecil.
Kelemahan :
(1) Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah “true score”. Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik tinggi.
(2) Tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan.
(3) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan grup peserta didik.
b.      Modern
Penelaahan butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan kemampuan siswa.
IRT merupakan hubungan antara probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar dan kemampuan siswa atau tingkatan/level prestasi siswa.
Kelebihan :                                                    
(1) asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang sama, perkiraan tingkat kemampuan peserta didik adalah independen;
(2) asumsi pada populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan independen sampel yang menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal;
(3) statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan siswa diperkirakan dapat terlaksana
Kelemahan : prosesnya cukup rumit dan sulit
Penghitungan dalam penelaahan butir soal secara kuantitatif dapat menggunakan bantuan kalkulato scientific atau program komputer.
B. Tingkat Kesukaran (TK)
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah bentuk soal tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal. (Arikunto, 1999: 207). Selain itu juga Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Menurut Witherington dalam bukunya berjudul psychological Education, mengatakan bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai  tingkat kesukaran item itu dikenal dengan istilah difficulty index ( angka index kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan  huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion( proporsi =proposa). Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. 

Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini.
Keterangan: P : Indeks tingkat kesukaran butir soal
 : Banyaknya peserta yang menjawab dengan benar
 : Skor maksimum
N: Jumlah peserta tes
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini :
 Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
  Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
  Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran.
 Kegunaannya bagi guru adalah:
(1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka
(2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang biasa.

 Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah:
(a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang
(b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah
(c) memberi masukan kepada siswa
(d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang biasa
(e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat:
(1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal),
(2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa clan KR-20, semakin tinggi korelasi antar soal, semakin tinggi reliabilitas.
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
1)  Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
2)  Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.
Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
1)  Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2)  Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3) Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda).
5)  Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena IRT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa biasa.( http://gurupembaharu.com/home/panduan-analisis-butir-soal/ di akses pada tanggal 29 oktober 2013)
Soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah, yakni semua anak dapat mengerjakan dengan benar, adalah tidak baik. Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua anak tidak dapat mengerjakan soal dengan benar, juga merupakan soal yang tidak baik. Hal itu disebabkan karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Dan soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik putus asa serta menjadi tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah, sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar. Dalam menentukan kriteria ini digunakan judgment dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah:
1.  Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut
2.  Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan
3.  Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmunya, baik luasnya maupun kedalamnya.
Contoh I:
Guru SKI memberikan 10 pertanyaan piihan berganda denga komposisi 3 soal mudah , 4 soal sedang , dan 3 soal sukar. Jika di lukiskan susunan soalnya adalah sebagai berikut :
No soal
Abilitas yang Diukur
Tingkat kesukaran soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengetahuan
Aplikasi
Pemahaman
Analisis
Evaluasi
Sitesis
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sitesis
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sukar
Sukar
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
Kemudian soal tersebut di berikan kepada 10 orang siswa dan tidak seorang pun yang tidak mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Setelah di periksa hasilnya adalah sebagai berikut.
No soal
Banyakya siswa yang menjawab (N)
Banyaknya siswa yang menjawab (B)
Indeks
 
Kategori soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
18
12
10
20
6
4
16
11
17
5
0,9
0,6
0,5
1,0
0,3
0,2
0,8
0,55
0,85
0,25
Mudah
Sedang
Mudah
Seang
Sukar
Sukar
Mudah
Sedang
Sedang
Sukar
Dari sebaran di atas ternyata ada tiga soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang semula di proyeksikan kedalam kategori mudah, setelah di coba ternyata termasuk kedalam kadegori sedang. Demikian,juga soal nomor 4 yang semula di proyeksikan sedang ternyata termasuk kedalam kategori mudah. Nomor 9 semula di kategorikan sedang ternyata termasuk kedalam kategori mudah. Sedangkan tujuh soal yang lainya sesuai dengan proyeksi semula atas dasar tersebut ketiga soal diatas harus diperbaiki kembali.
Soal no : 3 dinaikan dalam kategori sedang.
Soal no : 4 diturunkan dalam kategori mudah.
Soal no : 9 di turunkan kedalam kategori mudah.
Contoh II:
Dalam evaluasi tes yang menggunakan pilihan ganda dan essay diperoleh skor siswa dengan tingka kesukaran sebagai berikut :
C. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda (item discriminination) adalah untuk menentukan dapat tidaknya  suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks ini menunjukkan  kesesuaian antara fungsi  soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Jadi Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda yang dimiliki oleh sebutir item. Daya pembeda pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian siswa ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas yakni kelompok yang tergolong pandai, dan kelompok bawah, yaitu kelompok siswa yang tergolong bodoh. Dalam hubungan ini, jika sebutir item memiliki angka indeks diskriminasi item dengan tanda positif, hal ini merupakanm petunjuk bahwa butir item tersebut telah memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa siswa yang termasuk kategori pandai lebih banyak yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk kategori bodoh lebih banyak yang menjawab salah.
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal ini menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah siswa kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok siswa tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali, atau perbedaannya sama dengan nol. Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda negatif, maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir item yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh siswa kelompok bawah ketimbang siswa kelompok atas. Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu:

   

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini:

Besarnya angka indeks diskriminasi item (D)
Klasifikasi
Interpretasi
Kurang dari 0,20
Poor (jelek)
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali, dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.
0,20 – 0.40
Satisfactory (cukup)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang).
0,40 – 0,70
Good (baik)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik.
0,70 – 1,00
Excellent (sangat baik)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali.
Bertanda negatif
-
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali).

                                              
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan: Dp : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
SA : Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
 SB : Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
 IA : Jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal yang diolah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sesuai dengan tabel berikut.
Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes

Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
1)  Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2)  Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini:
•    Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
•    Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
•    Kompetensi yang diukur tidak jelas
•    Pengecoh tidak berfungsi
•    Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
•    Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya
contoh :
 Semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan semua siswa kelompok bawah menjawab salah, maka DB akan + 1,00.  DB  dapat di tentukan besarnya dengan rumus sebagai berikut : PA – PB







Berikut adalah tabel kategori tingkat kesukaran dalam daya beda.
No soal
Kelompok atas
Kelompok bawah
Daya Beda
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.00
1.00
1.00
1.00
0.30
1.00
1.00
0.80
0.00
0.00
1.00
0.00
0.10
0.10
0.60
0.00
0.10
0.10
1.00
0.00
0.00
1.00
0.90
0.90
-0.30
1.00
0.90
0.70
-1.00
0.00
Kembali pada tingkat kesukaran yang di tunjukkan pada tabel dapat kita lihat soal no 9 merupakan soal yang sukar bagi kelompok atas tetapi sangat mudah bagi kelompok bawah soal no 10 merupakan soal yang sangat sukar baik bagi kelompok atas maupun kelompok bawah.  soal nomor 2 dan nomor 6 merupakan soal yang sangat sukar dagi kelompok bawah tetapi relatif mudah untuk kelompok atas. Perhitungan daya beda sangatlah sederhana dan menyajikan informasi yang dapat membedakan masing – masing kelompok berdasarkan kemampuan mereka. (engelhart, 1965) . soal nomor 1 dan nomor 10  tidak menujukkan perbedaan antar kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat kesukaran pada soal nomor 1 dan nomor 10 yang juga menujukkan bahwa soal tidak dapat menujukkan perbedaan antar kelompok. Soal no 5 dan no 9 mempunyai indeks dayabeda yang baik, tetapi terbalik. Tanda negatif  no 5 dan no 9 menujukkan bahwa peserta tes yang kemampuanya tinggi tidak dapat menjawab soal dengan benar  , tetapi peserta tes yang kemampuanya rendah menjawab dengan benar , data setatistik diatas menunjukkan bahwa soal nomor 5 dan 9 merupakan soal yang tidak baik, data setatistik menujukkan bahwa soal nomer 2,3,4,6,7 dan 8 merupakan soal yang baik ditinjau dari daya pembeda.
Bagaimana cara menentukan daya pembeda soal uraian? Langkah yang di lakukan untuk menghitung daya pembeda sama seperti yang dilakukan pada soal pilihan ganda. Urutkan seluruh peserta tes berdasarkan perolehan sekor total dari yang tinggi keperolehan skor yang rendah.
Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa cara menghitung daya pembeda adalah dengan menempuh langkah sebagai berikut :
1.Memeriksa  jawaban soal semua siswa peserta tes.
2.Membuat daftar peringkat atau urutan hasil tes berdasarkan sekor yang di capainya.
3.Menentukan jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah.
4.Menghitung selisi tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan kelompok bawah.
5.Membandingkan nilai selisih yang di peroleh.
6.Menentukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria “memiliki daya pembeda”.
D.  Kegunaan Hasil Analisis Butir Soal
Analisis butir soal dapat membantu Anda menjawab pertanyaan yang diajukan di muka. Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengkaji kualitas butir-butir soal tes obyektif. Kualitas butir-butir soal yang baik menghasilkan tes atau pengukuran hasil belajar yang baik pula. Demikian juga sebaliknya, manakala kualitas butir-butir soal tidak baik, maka tidak akan akurat pula tes hasil belajar siswa. Dengan kata lain, kualitas butir-butir soal dapat membuat siswa pandai mempunyai nilai jelek dan siswa kurang pandai mendapat nilai baik.
Tes hasil belajar juga dapat memberi informasi tentang pembelajaran yang telah Anda lakukan. Jika misalnya, rata-rata hasil belajar siswa itu mempunyai 40 (dengan 100 sebagai nilai sempurna), maka Anda dapat bertanya apakah perangkat tesnya yang jelek atau pembelajarannya yang tidak baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari analisis butir soal adalah:
- memberikan informasi tentang kualitas butir-butir soal atau tentang kualitas perangkat THB
- memberikan informasi baik tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan.
Tes adalah satu atau seperangkat pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi akurat tentang hasil belajar. Pertanyaan tersebut harus mempunyai jawaban yang benar. Tes dapat berupa tes formatif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami materi yang diajarkan oleh guru. Tes juga dapat berupa tes sumatif yang merupakan tes hasil belajar dalam suatu periode waktu tertentu sesuai kebutuhan (ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, dan sebagainya). Secara garis besar, dalam analisis butir soal dengan dapat dilakukan terlebih dahulu menganalisis konstruksi soal dari setiap butir soal. Untuk itu, Anda harus memahami BBM yang ditulis khusus mengenai konstruksi/ pengembangan soal tersebut. Konstruksi soal pilihan berganda terdiri atas stem (pokok soal) dan pilihan jawaban. Berikut disajikan ilustrasi analisis konstruksi butir soal lewat pembahasan 2 contoh butir soal.
1.      Siapakah di antara nama-nama berikut yang menemukan telepon?
a.Bell
b.Marconi
c.Morse
d.Pasteur

2.      Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang dilapisi dengan....
a.kain
b.seng
c.keramik
d.tembaga
Apa yang dapat Anda simpulkan dari dua soal tersebut? Soal pertama Anda amati adalah tentang telepon atau alat komunikasi, sementara soal kedua adalah tentang penyimpanan air panas. Jadi, jika hasil diskusi atau komentar Anda menyimpulkan bahwa kedua soal tersebut tidak mungkin berasal dari satu materi pokok maka Anda sebenarnya sudah melaksanakan kegiatan analisis butir soal dan analisis tes. Anda sudah memperhatikan materi atau isi soal dan kemungkinannya kedua soal tersebut berasal dari satu materi pokok atau mungkin dari satu tes.
Jika kemudian Anda juga memperhatikan pilihan-pilihan jawaban (option) dari soal tersebut, maka Anda meneruskan analisis isi soal. Anda melihat misalnya pada soal pertama pilihan jawaban d, yaitu Pasteur itu lain sendiri, karena ilmuwan tersebut dikenal orang aktif dalam bidang ilmu kesehatan, bukan bidang ilmu teknis atau ilmu alam. Dengan kata lain, pilihan jawaban tersebut tidak homogen. Pilihan jawaban tidak homogen sepertinya juga terjadi di soal kedua. Dua pilihan jawaban terdiri atas logam, sementara dua pilihan lain dari bahan lain. Pada soal pertama Anda perlu sekali memperhatikan pilihan jawaban d dan sebaiknya pilihan jawaban tersebut diganti, misalnya dengan nama Edison yang sama-sama terkenal di bidang ilmu alam, sehingga rumusan soal menjadi:
1. Siapakah di antara nama-nama berikut yang menemukan telepon?
a. Bell.
b. Edison.
c. Marconi.
d. Morse.
Sementara itu, dalam soal kedua, Anda harus memperhatikan materi pokok yang diajarkan. Jika materi membahas sifat dan karakteristik berbagai macam bahan, maka pilihan jawaban yang tersaji mungkin sudah tepat. Akan tetapi, jika materi membahas tentang logam, maka dua pilihan jawaban yang bukan logam (yaitu, pilihan jawaban a dan b) harus diganti, misalnya, masing-masing dengan pilihan jawaban besi dan timah.
Selain itu, rumusan soal juga harus diubah, sehingga misalnya menjadi;

2. Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang terbuat dari ....
a. besi
b. seng
c. tembaga
d. timah   
Langkah berikutnya setelah analisis konstruksi butir soal adalah mencermati indikator soal. Mencermati indikator soal pada dasarnya terdiri atas 2 hal. Hal pertama adalah mencermati keberadaan komponen indikator soal yang diringkas dengan ‘rumus’ ABCD, yaitu: 
A= Audience, ada subyek pembelajaran yang menjadi peserta tes, misalnya siswa kelas V semester 2, 
B= Behavior = perilaku yang diuji, 
C= Condition = bahan, alat dan sumber pembelajaran yang tersedia agar dapat menjawab soal, 
D= Degree, seberapa banyak atau tingkat penguasaan yang dikehendaki. Hal kedua dalam mencermati indikator soal adalah memeriksa keterkaitannya dengan indikator pembelajaran. Dalam hal kedua inilah, analisis butir berpotensi untuk memberi masukan tentang seberapa baik pembelajaran telah dilakukan.
Manfaat analisis butir soal :
·  membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan
·  sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal (seperti tes yang disiapkan guru di kelas)
· mendukung penulisan butir soal yang efektif
· secara materi dapat memperbaiki tes di kelas
· meningkatkan validitas dan reliabilitas soal
· menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan
· memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagian dasar untuk bahan diskusi di kelas
· memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa
· memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum
· merevisi materi yang dinilai atau diukur dan meningkatkan keterampilan penulisan







BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.      Menganalisis butir soal merupakan proses pengumpulan, peringkasan dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Analisis butir tes merupakan kegiatan penting dalam upaya memperoleh instrument yang berkategori baik  Analisis butir tes bertujuan untuk mengidentifikasi butir-butir manakah yang termasuk dalam kategori baik, kurang baik, dan jelek. Analisis butir tes memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai baik tidaknya suatu butir, sekaligus memperoleh petunjuk untuk melakukan perbaikan. Dengan melakukan analisis butir setidaknya kita dapat mengetahui empat hal penting,yaitu: Bagaimana taraf kesukaran setiap butir tes? Dan  Apakah setiap soal memiliki daya pembeda baik?
2.      Cara menghitung tingkat kesukaran dapat digunakan beberapa rumus :
- untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus berikut : ini. 
- Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini. 
3.      Cara menghitung daya pembeda soal dapat digunakan beberapa rumus :
4.      kegunaan dari analisis butir soal adalah:
- memberikan informasi tentang kualitas butir-butir soal atau tentang kualitas perangkat THB
- memberikan informasi baik tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan.
B.   Saran
Semoga makalah ini dapat bermafaat, bukan hanya menjadi sekedar tugas mata kuliah ini, diharapkan sekiranya orang-orang dapat belajar banyak tentang menghitung tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Agar nantinya dalam membuat butir soal dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud. 2012. Kumpulan makalah tingkat kesukaran dan daya beda.[online]. Tersedia di :http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2012/06/tingkat-kesukaran-dan-daya-beda.html
Multazam, ahmad. 2013.Analisis Butir (tingkat kesukaran dan daya beda).[online] http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/01/analsis-butir-tingkat-kesukaran-dan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar